Halaman

Selasa, 22 Mei 2012

Bioeconomy : Peluang Bagi Umat Di Negeri Katulistiwa…

Ketika di pesantren dahulu Pak Kyai mengajari kami untuk menghafal surat Al-Waqi’ah agar tidak jatuh miskin, kami mengira bahwa hanya dengan menghafalnya kita akan bisa menjadi kaya. Tentu saja ini juga mungkin bila Allah menghendaki, tetapi lebih dari itu surat Al-Waqi’ah ternyata memang bisa bener-bener menjadi sumber kekayaan suatu bangsa bila bangsa ini mampu memahami dan menggali maknanya sampai ke tingkat aplikasinya di berbagai aspek kehidupan. Konsep baru economy yang mulai banyak dibicarakan di dunia barat sejak beberapa tahun terakhir seperti Bioeconomy misalnya, sebenarnya hanya salah satu saja contoh dari aplikasi ayat-ayat tentang tanaman, air dan api di surat tersebut.

Bioeconomy atau biobased economy atau ada juga yang menyebut biotechonomy adalah seluruh kegiatan economi yang dikembangkan berdasarkan mekanisme dan proses pada tingkat genetika dan molekuler yang kemudian diterapkan pada proses industry untuk menggerakkan ekonomi.

Bioeconomy menggunakan sumber-sumber biomass dari tanaman-tanaman yang umumnya kita kenal, sampai ke tanaman-tanaman yang tidak biasa kita kenal seperti rumput laut, algae dlsb. Proses pemanfaatannya juga bervariasi dari proses pengolahan yang umumnya sudah kita kenal sampai dengan proses-proses canggih seperti apa yang disebut anaerobic digestion pada produksi ethanol, pyrolysis untuk menghasilkan pyrolysis-oil, atau bahkan torrefaction untuk menghasilkan ‘biomass coal’.

Inti dari bioeconomy ini adalah bagaimana kita bisa menghasilkan nilai tambah maksimal dari sumber bahan baku biomass yang minimal. Untuk apa produk akhirnya ?. Ya untuk memenuhi kebutuhan manusia yang paling dasar seperti makanan, obat-obatan, sampai juga energy.

Nilai tambah ekonomi yang dapat dilipat gandakan dari tumbuh-tumbuhan dan tanaman di sekitar kita, baik untuk keperluan bahan pangan sampai kebutuhan energy inilah yang sebenarnya sudah lebih dari 1400 tahun petunjuknya disampaikan ke kita melalui serangkaian ayat di surat Al-Waqi’ah tersebut di atas. Perhatikan rangkaian ayat –ayat berikut misalnya :

Maka terangkanlah kepadaku tentang yang kamu tanam? Kamukah yang menumbuhkannya ataukah Kami yang menumbuhkannya? Kalau Kami kehendaki, benar-benar Kami jadikan dia kering dan hancur; maka jadilah kamu heran tercengang. (Sambil berkata): "Sesungguhnya kami benar-benar menderita kerugian, bahkan kami menjadi orang yang tidak mendapat hasil apa-apa."” (QS 56 : 63-67)

Maka terangkanlah kepadaku tentang air yang kamu minum. Kamukah yang menurunkannya dari awan ataukah Kami yang menurunkan? Kalau Kami kehendaki niscaya Kami jadikan dia asin, maka mengapakah kamu tidak bersyukur?” (QS 56 :68-70)

Maka terangkanlah kepadaku tentang api yang kamu nyalakan. Kamukah yang menjadikan kayu itu atau Kami-kah yang menjadikannya? Kami menjadikan api itu untuk peringatan dan bahan yang berguna bagi musafir di padang pasir.” (QS 56: 71 -73)

Tiga kelompok  ayat tersebut berbicara tentang tanaman, air dan api (energy) – ketiganya merupakan komponen utama dari bioeconomy yang paling dasar. Dimana ketiganya bertemu secara melimpah ?, Di Indonesia, negeri tropis di sabuk katulistiwalah ketiganya tersedia atau bisa dihasilkan secara melimpah.

Api yang berguna bagi musafir di padang pasir di  QS 56 : 71-73 misalnya, dahulu sebelum orang bepergian dengan kendaraan seperti sekarang ditafsirkan sebagai api yang dinyalakan dari gosokan kayu – untuk menenerangi perjalanan di malam hari. Tentu saja ini juga masih berlaku sampai kini, hanya saja orang sekarang bepergian dengan kendaraan bermotor – tidak perlu lagi menggosokkan kayu bakar untuk menyalakan api.

Jaman berubah, teknologi terus berkembang, tetapi bahwa api atau energy dari tanaman atau kayu ini tetap valid hingga kini. Melalui salah satu proses anaerobic digestion diatas misalnya, orang bisa menghasilkan ethanol atau bahan bakar dari bahan-bahan tanaman – biomass. Ethanol ini kemudian salah satunya dapat digunakan untuk ‘menyalakan api’ mesin-mesin transportasi modern yang berguna bagi  'para musafir  di padang pasir’ !.

Maka sebelum penguasaan ekonomi generasi baru yang disebut bioeconomy inipun dikuasai oleh negeri-negeri barat, sudah seharusnya kalau kita bisa berusaha lebih keras agar  lebih bisa memahami dan menangkap peluang ini. Karena ditangan kita bukan hanya tersedia ilmunya, tetapi kita juga telah lama diberi segala sumber daya alamnya dan bahkan juga telah diberi petunjukNya.

Tinggal kita gali maknanya, kita eksplorasi penerapannya – maka insyaallah era bioeconomy ini adalah milik kita – umat yang berada di negeri tropis katulistiwa. Insyaallah.

Berkontribusi Agar Yang Sedikit Menjadi Cukup…

Oleh : Muhaimin Iqbal
Ke-optimis-an saya dalam memberikan pelatihan entrepreneurship sering berbenturan dengan realita di lapangan bahwa faktanya mayoritas (calon) entrepreneur gagal mencapai tujuannya. Bahkan statistiknya di dunia-pun hanya 2 % sampai 20 % usaha pemula yang berhasil, tergantung bidang yang dipilih. Tetapi mengapa upaya menghasilkan para entrepreneur tersebut layak untuk terus diperjuangkan ? Ini adalah karena yang gagal-pun sebenarnya berkontribusi pada masyarakat luas dalam menciptakan lapangan pekerjaan dan memberi peluang yang lain untuk berhasil.

Bukan hanya yang berhasil yang berperan, tetapi semua yang ikut mencobanya yang ikut berperan menciptakan lapangan kerja di masyarakat, memutar ekonomi, menggali peluang, mengatasi tantangan, menanggung resiko dlsb. sehingga secara akumulatif berputarlah ekonomi, terciptalah lapangan kerja dan mengalirlah penghasilan bagi masyarakat keseluruhan.

Ada cerita menarik dari perang Tabuk yang bisa kita jadikan inpirasi untuk mendorong kontribusi umat dalam menyelesaikan masalah nasional maupun global, seperti problem kemiskinan, kelaparan dlsb. Cerita lengkapnya saya ambilkan dari kitabnya Imam Nawawi “Riyadush Shalihin” berikut:

Ketika perang Tabuk orang-orang kelaparan, mereka berkata  : “Wahai Rasulullah, sekiranya engkau memberi ijin, kami akan menyembelih unta kami untuk kami makan dan lemaknya kami buat minyak”. Rasulullah menjawab : “Lakukanlah”. Umar datang lalu berkata : “Wahai Rasulullah, bila engkau lakukan seperti itu kendaraan akan menjadi sedikit. Tetapi perintahkanlah mereka untuk mengambil bekal mereka yang terisa, kemudian berdo’alah kepada Allah agar makanan tersebut berkah. Barangkali Allah mengabulkan, sehingga makanan tersebut menjadi berkah”. Lalu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menjawab “Ya”, lalu beliau memerintahkan untuk digelarkan tikar, kemudian memerintahkan agar sisa bekal mereka dikumpulkan. Lantas datang seorang laki-laki membawa segenggam jagung, ada yang membawa segenggam kurma dan ada yang membawa segenggam roti.  Sehingga terkumpullah di atas tikar sesuatu yang serba sedikit. Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mendoakan agar diberi berkah. Lalu beliau bersabda : “ Ambillah dan masukkanlah ke wadah kalian”. Lalu mereka mengambil makanan tersebut dan dimasukkan ke kantong, bejana dan wadah-wadah mereka. Seluruh tempat diperkemahan itu dipenuhi makanan. Mereka makan hingga perutnya kenyang dan sisanya masih ada. Saat itu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda : “ Aku bersaksi, bahwa tiada tuhan selain Allah dan sesungguhnya aku adalah utusan Allah. Bila seorang berjumpa dengan Allah (kelak di hari kiamat) dan dia telah mengucapkannya, dia tidak ragu, maka wajib baginya surga.”” (HR. Muslim).

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam adalah kekasih Allah, kalau berdo’a pasti  dikabulkanNya. Tetapi mengapa beliau tidak langsung berdo’a saja ? mengapa beliau harus mengumpulkan dahulu bekal-bekal yang masih tersisa meskipun serba sedikit dari pasukannya di perang Tabuk tersebut ?. Inilah prinsip dasar kontribusi kita dalam membangun keberhasilan.

Allah maha kuasa untuk menciptakan apa saja, termasuk menciptakan kecukupan pangan dan rezeki untuk makhluknya yang sepenuh bumi. Tetapi apa kontribusi kita dalam perjalanan menuju kesana ?. Kontribusi kita adalah ketika kita bekerja keras menciptakan lapangan pekerjaan, bekerja keras dalam berusaha memakmurkan bumi. Kontribusi kita adalah ketika kita  bekerja keras ditempat-tempat kita bekerja yang bebas dari kedholiman, tidak mengambil hak orang lain dan bebas riba - karena kalau lingkungan kerja kita masih ada riba kita bukan berperang di jalanNya tetapi berperang melawanNya ( QS 2 :279). Meskipun kontribusi ini serba sedikit, tetapi semoga yang dengan serba sedikit itulah Allah mendatangkan barakahNya.

Tidak semua harus berhasil memang, tetapi Allah pasti tidak menyia-nyiakan amal perbuatan kita.  Hal ini seperti orang-orang yang diperintahkan untuk berjihad, Allah sendirian mampu mengalahkan semua musuhNya – tetapi Dia hendak menguji kita satu sama lain, siapa yang mengikuti perintahNya dan siapa yang tidak. Dan bila dengan ijinNya pula diantara kita ada yang syahid di jalanNya, maka insyaAllah Dia-pun tidak menyia-nyiakan amalan kita.

Apabila kamu bertemu dengan orang-orang kafir (di medan perang) maka pancunglah batang leher mereka. Sehingga apabila kamu telah mengalahkan mereka maka tawanlah mereka dan sesudah itu kamu boleh membebaskan mereka atau menerima tebusan sampai perang berhenti. Demikianlah, apabila Allah menghendaki niscaya Allah akan membinasakan mereka tetapi Allah hendak menguji sebahagian kamu dengan sebahagian yang lain. Dan orang-orang yang gugur pada jalan Allah, Allah tidak akan menyia-nyiakan amal mereka.” (QS 47 :4)

Peperangan yang ada di depan mata kita kini adalah perang melawan ketidak-adilan system ekonomi yang membuat amat sangat kaya segelintir orang dan memiskinkan mayoritasnya. Perang terhadap system ekonomi yang membuat orang menghalalkan segala cara, memakan riba dan menjerat mayoritas pekerja dalam genggaman kekuasaannya. Perang terhadap system ekonomi yang menciptakan ketergantungan suatu negeri dengan (produk) dari negeri lain. Maka dengan bekal yang serba sedikit yang kita kumpulkan – semoga Allah memberkahinya sehingga cukup untuk kita semua, semoga Allah memerdekakan kita dari cengkeraman ketidak adilan dan debu-debu riba. Amin.

Work Smart & Work Hard…

Oleh : Muhaimin Iqbal
Waktu saya mulai bekerja 25 tahun lalu, pimpinan perusahaan tempat saya bekerja  mengajarkan konsep work smart – kerja secara cerdas. Dia tidak suka kerja lembur dan tidak suka pula bila ada karyawannya yang kerja sampai larut. Menurut dia hanya ada dua kemungkinan ketika orang harus secara rutin bekerja sampai larut, yaitu dia tidak capable untuk menyelesaikan tugas-tugasnya atau beban kerjanya yang terlalu tinggi. Keduanya menunjukkan ada sesuatu yang bermasalah, yang pertama masalah di dirinya sendiri dan yang kedua adalah masalah kemampuan manajemen dari atasannya.

Dari perusahaan pertama tersebut saya pindah ke perusahaan asing dimana banyak sekali expatriate dari berbagai negara. Ternyata tidak seperti yang kita umumnya duga, tidak semua expatriate tersebut pinter. Budaya yang dikembangkan di perusahaan tesebut adalah work hard, mereka terbiasa bekerja sampai larut – dan bahkan pucuk pimpinannya yang workaholic bekerja di hari libur.

Waktu bekerja sebagai karyawan tentu mayoritas kita akan lebih suka di perusahaan yang model pertama. Tetapi ternyata ketika terjun berusaha sendiri, keduanya memang diperlukan. Apalagi di era teknologi informasi yang semuanya bergerak cepat, nampaknya kita memang perlu work smart dan work hard untuk minimal bisa survive.

Mengapa work smart saja tidak cukup ?. Skenarionya kurang lebih begini, saya misalnya bisa mengatur seluruh pekerjaan saya sehingga terdelegasikan dengan rapi ke team-team pelaksana dan penanggng jawabnya masing-masing di lapangan. Satu-satunya pekerjaan saya yang belum bisa didelegasikan adalah menulis artikel seperti ini.  Untuk setiap tulisan seperti ini diperlukan riset satu - dua jam dan menulisnya dalam satu jam, jadi dengan tiga jam pekerjaan saya semua roda usaha saya insyaallah berputar. Tetapi apakah ini cukup ?, saya gunakan apa sisa waktu saya setiap hari ?.

Realitanya saya bekerja dua kali lebih panjang dari kebanyakan pegawai dan bahkan bekerja di hari libur dlsb. seperti yang tertulis dalam puisi “Karena Aku Seorang Pengusaha”. Apakah ini karena kita merasa tidak cukup sehingga pingin terus bekerja keras mencari harta ?, tidak demikian.  Lebih seringnya adalah karena kita melihat peluang-peluang untuk di eksplorasi, melihat masalah-masalah untuk diatasi dan melihat ide-ide untuk ditindak lanjuti.

Mengapa work hard saja juga tidak cukup ?. Saya ambilkan contohnya adalah apa yang dilakukan oleh para petani di sentra produksi pangan nasional Indonesia yang lagi jadi objek pengamaatan dan peluang pengembangan kita akhir-akhir ini. Para petani tersebut banyak yang bekerja dari habis subuh sampai menjelang magrib, bahkan tidak jarang dari mereka yang malam-malam –pun ke sawah.  Tetapi apa yang mereka hasilkan ?, hasil panenan mereka turun tinggal separuhnya dibandingkan dengan puncak kejayaan mereka tahun 80-an.

Jadi meskipun awalnya berbeda, akhirnya menjadi sama. Saya yang pingin menerapkan konsep work smart yang diajarkan bos pertama saya dahulu, ternyata harus work hard juga. Sebaliknya para petani yang sudah terbiasa work hard, kini nampaknya mereka harus mulai dijari untuk bisa work smart juga.

Akhir pekan ini bersama dengan sekitar 20-an pentolan para petani, kami akan mulai exercise menambahkan unsur work smart pada kebiasaan work hard mereka. Kita akan mulai ajak mereka berfikir, mengapa hasil panenan tahun-tahun ini tinggal separuh ketimbang tiga dasawarsa lalu. Apa penyebabnya, apa solusinya, apa yang bisa dilakukan dlsb. dlsb.

Banyak wisdom di dunia pertanian yang orang-orang dahulu melakukan – yang kini tidak dilakukan lagi, bisa jadi ini salah satu penyebabnya. Pupuk-pupuk, insektisida dan pestisida yang dicurahkan ke lahan-lahan pertanian kita dalam tiga dasawarsa terakhir – bisa jadi ini pula penyebabnya. Pendek kata para petani yang kini banyak sudah turun ke generasi kedua yang terdidik, kita rangsang untuk berfikir dan mencoba.

Dahulu waktu belajar pertanian kita mengenal tiga bersaudara misalnya, yaitu jagung, waluh dan kacang panjang. Jagung ditanam dahulu sampai ketika dia mencapai ketinggian sejengkal, diikuti kacang panjang dan waluh di sekitarnya.

Jagung yang tumbuh lebih dahulu menjadi rambatan bagi kacang panjang yang tumbuh berikutnya, kacang panjang menghasilkan nitrogen yang dibutuhkan oleh jagung dan waluh. Waluh menutupi tanah dan menjadi mulsa alami, mencegah penguapan air tanah, mencegah tumbuhnya gulma dan menjaga suhu tanah.

Jagung bila berdiri sendiri kurang cocok untuk makanan pokok (seperti dahulu kita biasa makan sego/nasi jagung) karena dia kurang dalam hal amino acids lysine dan trypthophan yang dibutuhkan tubuh manusia untuk menghasilkan protein dan niacin. Tetapi kekurangan ini dapat dipenuhi dengan mudah oleh biji-biji kacang panjang, sehingga bila keduanya digabung bisa menjadi makanan yang seimbang.

Integrasi sejumlah tanaman yang saling menunjang atau bahkan juga dengan ternak, unggas, ikan dlsb. kini seharusnya lebih memungkinkan dilakukan karena sumber informasi yang nyaris tanpa batas. Bahkan kini simulasi-simulasi dengan computer bisa memberikan kombinasi yang paling optimal untuk daerah tertentu dengan iklim tertentu dan sumber alam tertentu.

Bukan hanya dalam hal pertanian kita perlu menginjeksi work smart kedalam work hard dan sebaliknya work hard kedalam work smart. Di era informasi intensif seperti sekarang, ilmu mudah diperoleh oleh siapapun – tetapi skills untuk bisa menerapkannya yang akan membedakan yang survive dengan yang tidak – dan ini menuntut work hard di lapangan.

Sebaliknya juga demikian, di negeri yang penduduknya sudah mendekati ¼ milyar ini, work hard saja hanya akan menjadikan kita buruh di negeri sendiri. Work smart-lah yang akan membuat kita memahami masalah, mengatasinya dan menangkap peluang yang hadir bersamanya. Fa inna ma’al ‘usri yusra, inna ma’al ‘usri yusra. Insyaallah.

Obat Galau To The Max : Ini Baik, Ini Baik, Ini Baik…

Oleh : Muhaimin Iqbal
Berbagai upaya orang untuk mengungkapkan kegalauan dalam segala hal sampai sekarang muncul istilah gaul yang popular ‘Galau To The Max’ – mungkin maksudnya adalah bener-bener galau, atau amat sangat galau (?).  Maka saya ingin berbagi obat yang saya yakini bisa mengobati segala macam kegalauan itu – apapun bentuk kegalauan Anda, ada satu obat untuk semuanya. Untuk memudahkan Anda memahami cara kerja obat ini, cerita berikut barangkali bisa membantu.

Alkisah ada seorang raja di Afrika berteman akrab dengan orang pandai nan bijak. Temannya ini punya kelatahan yang tidak biasa, yaitu melihat kejadian apa saja – yang keluar dari mulutnya selalu ucapan ‘ini baik, ini baik, ini baik !’. Dia sendiri tidak selalu bisa menjelaskan mengapa sesuatu itu dikatakannya ‘ini baik, ini baik, ini baik’ , tetapi hanya keyakinan di hati dialah yang secara reflek spontan selalu memunculkan ucapan tersebut.

Suatu hari sang raja mengajaknya berburu, temannya tersebut seperti biasa selalu melayani sang raja sebaik mungkin. Tetapi entah karena gugub atau lagi nggak konsen hari itu, dia salah menyetel senapan sang raja. Ketika sang raja dengan serius membidik hewan buruannya dan ….dor !, peluru tidak keluar dari laras senapan. Senapan meledak berkeping-keping di tangan sang raja dan beberapa jari sang raja-pun menjadi korban.

Melihat darah mengurur dari tangan sang raja, temannya yang latah tadi langsung berucap ‘ ini baik, ini baik, ini baik !’. Raja berang bukan kepalang kepada temannya ini, pertama karena dia kesakitan kehilangan jari-jarinya, kedua karena menuduh temannya ini punya niat jahat terhadap dirinya. Buktinya dia merasa senang dan mengucapkan  ‘ini baik, ini baik, ini baik !’ ketika melihat tangan raja berlumuran darah.

Setelah di interogasi oleh pengawal sang raja, teman raja tersebut tetap tidak bisa menjelaskan apa maksud ucapan ‘ini baik, ini baik, ini baik !’ ketika melihat tangan raja berlumuran darah, maka dia diberi hukuman maksimal oleh kerajaan. Hanya karena dia teman raja sendiri, dia tidak dihukum mati – tetapi hanya dipenjara seumur hidup.

Tahun berganti tahun, raja tidak lagi bisa percaya pada orang lain untuk menjadi teman dekatnya – karena yang dahulu pernah ada-pun ‘diduga’ punya niat jahat untuk berkhianat. Maka raja selalu sendirian ketika melampiaskan hobinya berburu, pengawal kerajaan hanya mengikutinya dari jauh.

Suatu hari dia terlalu jauh terpisah dari para pengawalnya dan memasuki daerah berbahaya, di mana di daerah tersebut tinggal kaum  kanibalis – pemangsa manusia. Raja tertangkap dan karena dia raja – badannya mulus, gemuk, bersih – menjadi calon santapan ideal bagi kaum kanibalis itu.

Sambil diikat sang raja, kaum tersebut mengumpulkan warganya dan siap-siap untuk membakar sang raja – seperti kita membakar kambing guling !. Setelah warga berkumpul, bara api-pun sudah membara  - mereka mempersiapkan sang raja untuk mulai dibakar.

Dilepaskan seluruh pakaian kebesarannya dan diperhatikannya satu per satu anggota badannya. Panitia yang ditugasi untuk membakar sang raja-pun kaget, ternyata tangkapannya hari itu tidak memiliki jari-jari yang lengkap. Padahal kaum kanibalis tersebut memiliki pantangan, yaitu apapun yang menjadi santapannya – termasuk manusia – harus memiliki anggota badan yang lengkap.

Maka dilepaskannya kembali sang raja ke hutan, dan raja selamat pulang sampai ke kerajaannya. Yang dilakukannya pertama kali ketika sampai kerajaan adalah mengunjungi temannya yang sudah dipenjarakannya bertahun-tahun karena kesalahannya menghilangkan jari-jarinya dan karena dia dianggap berkhianat dengan ucapannya ‘ini baik, ini baik, ini baik ’ ketika raja kehilangan jari-jarinya.

Setelah menceritakan semua yang dialaminya ke teman tersebut, raja-pun minta maaf karena telah memenjarakannya bertahun-tahun. Meskipun bertahun-tahun tersiksa dalam penjara, temannya ini tidak kehilangan latahnya yaitu selalu berucap ‘ini baik, ini baik, ini baik’.

Berkali-kali raja mengucapkan permintaan maafnya, berkali-kali pula temannya manggut-manggut sambil berucap ‘ ini baik, ini baik, ini baik….’. Penasaranlah sang raja dengan ucapan-ucapan tersebut. Bertanya sang raja “kamu banyak berucap ‘ini baik, ini baik, ini baik…’ pasti karena kamu tahu akan aku keluarkan dari penjara kan ?”.

Temannya kali ini bisa menjelaskan ucapan latahnya dengan baik : “Tidak paduka, yang aku ucapkan ‘ini baik, ini baik, ini baik’ bukan karena aku akan engkau keluarkan dari penjara ini, tetapi justru aku ucapkan ‘ini baik, ini baik, ini baik’ karena telah begitu lama aku engkau penjarakan di sini !”.

Semakin penasaran sang raja dengan pandangan yang aneh dari temannya ini, dia bertanya lagi “bagaimana kamu bisa memandang baik pada kondisimu di dalam penjara bertahun-tahun ?”.

Temannya berusaha menjelaskan “Begini paduka, bila aku dahulu tidak berbuat kesalahan, jari-jari paduka akan tetap utuh, akupun tetap menjadi teman berburu paduka. Maka ketika kaum kanibal tersebut menemukan kita berdua – dan semua anggota tubuh kita lengkap – kita berdua pasti menjadi santapan mereka semua ! ”.

Raja merasa baru belajar arti kata ‘ini baik, ini baik, ini baik’ dari temannya yang bijak tersebut. Raja-pun ikut-ikutan latah, yang keluar dari mulutnya adalah ‘ini baik, ini baik, ini baik’. Dia menjadi raja yang sangat baik yang bisa melihat seluruh permasalahan yang ada di negerinya dengan kebaikan yang bisa diambil atau dibangun dari setiap permasalahan yang ada.

Bayangkan kalau penyakit ‘ini baik, ini baik, ini baik…’ tersebut menular pada diri Anda, Anda tidak akan pernah galau – apalagi galai to the max !. Ada sisi baik dari apapun permasalahan yang Anda punya, barangkali Anda belum tahu saja sisi kebaikan tersebut saat ini.

Dalam Islam, sikap untuk selalu ber prasangka baik pada Allah (BiyadiKa Al-Khair…, ditanganMu-lah segala kebaikan) akan mendatangkan rezeki yang tanpa perhitungan (QS 3 : 26-27).

Jadi apapun yang menjadi sebab kegalauan Anda - kegalauan to the max sekalipun, obatnya hanya satu yaitu beriman kepada Allah dan terus berprasangka baik padaNya. Ini baik, ini baik, ini baik….InsyaAllah !.

Pengelolaan Aset Waktu…

Oleh : Muhaimin Iqbal
Bayangkan kalau tiba-tiba pagi ini di account M-Dinar Anda ada yang transfer dana sebesar 86,400 Dinar (sekitar Rp 184 milyar) tetapi dengan syarat, yaitu Anda harus habiskan dalam waktu 1 x 24 jam. Bila dana ini tidak habis, maka berapapun sisanya akan ditarik kembali oleh yang memberikannya. Apa yang Anda akan lakukan ?, Anda pasti mau bekerja keras sekuat tenaga untuk menghabiskannya – karena setiap detik Anda harus mampu membelanjakannya sebesar 1 Dinar !.

86,400 Dinar tersebut dan bahkan lebih sesungguhnya benar-benar diberikan olehNya ke kita dalam bentuk waktu. Tetapi karena kita hanya bisa menggunakannya sebagian kecil saja, maka setiap akhir hari – sekian banyak waktu kita yang harus di write off – dan tidak lagi menjadi aset kita.

Untuk memudahkan kita menghargai waktu ini, bayangkan situasi berikut :

1)    Seorang anak yang tidak naik kelas dan harus mengulang setahun lagi, untuk pertama kali dalam hidupnya mungkin dia bisa menghargai arti waktu satu tahun ini.
2)    Seorang ibu yang melahirkan anak prematur lebih cepat 1 bulan dari yang seharusnya, dia akan bisa memahami betapa pentingnya tambahan waktu satu bulan bagi anak ini di dalam kandungannya.
3)    Seorang wartawan majalah mingguan yang tidak bisa menyelesaikan tulisannya pada saat deadline tiba, dia akan bisa memahami betapa pentingnya waktu satu minggu bagi dia.
4)    Seorang yang lagi melakukan perjalanan jauh naik pesawat, pesawat mengalami gangguan teknis dan penerbangan lanjutannya tertunda satu hari. Betapa sengsaranya menunggu ‘delay’ satu hari ini, meskipun di tempat tujuan dia juga tidak melakukan apa-apa.
5)    Seorang pencari kerja yang terjebak macet di jalan, ketika datang memenuhi panggilan wawancara – dia satu jam datang terlambat dan kesempatannya sudah diberikan ke orang lain. Betapa pentingnya arti waktu satu jam ini bagi dia…
6)    Di pagi hari ketika mengejar kereta, Anda sampai di tempat pemberangkatan kereta satu detik setelah kereta berangkat. Betapa pentingnya satu detik ini bagi Anda.
7)    Bagi para pembalap MotoGP, waktu seper sekian detik sangat menentukan posisi peringkat dia antara apakah menjadi juara dunia atau tidak menjadi siapa-siapa.

Setiap tahun kita seperti anak yang tidak naik kelas tersebut diatas, hanya kita tidak menyadarinya saja. Setiap pekan kita seperti wartawan yang miss deadline, juga tidak menyadarinya. Setiap detik kita ketinggalan kereta, tetapi tetap juga tidak menyadarinya.

Setiap detik kita kehilangan 1 Dinar dan setiap hari kehilangan 86,400 Dinar – semuanya tidak kita sadari, dan itulah kehilangan waktu kita yang setiap hari di write off oleh Sang Pemberi. Waktu-waktu itu pernah menjadi aset yang sangat berharga yang ada di balance sheet kita, tetapi kebanyakan harus di write off ketika tutup buku – hilang tanpa bekas karena memang tidak pernah kita manfaatkan.

Padahal di satu sisi liability kita tetap terus berjalan dalam bentuk salah satu pertanyaan yang harus bisa kita jawab ‘untuk apa waktumu engkau pergunakan…?’.

Meskipun demikian masih banyak yang patut disyukuri oleh umat ini dalam bidang apapun, termasuk dalam bidang pengelolaan aset waktu ini. Ada petunjuk yang begitu jelas, seperti apa waktu itu harus kita kelola.

Petunjuk itu disiapkan olehNya dalam satu surat khusus yang bahkan juga diberi nama ‘Waktu’. Empat hal yang akan membuat kita tidak merugi bersamaan dengan berlalunya waktu yaitu iman, amal shaleh, saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran (QS 103 :3).

Kita ini ibarat para siswa yang akan menempuh ujian akhir. Kita sudah diberi tahu pertanyaan yang pasti akan muncul yaitu ‘untuk apa waktumu engkau pergunakan…?’. Kita juga sudah diberi tahu jawabannya yang benar yang ada di surat tersebut di atas. Maka yang perlu kita lakukan hanyalah melaksanakan petunjuk yang sudah begitu jelas tersebut.


Agar kita tidak menjadi anak yang tidak naik kelas, agar tidak menjadi wartawan yang miss deadline, agar tidak menjadi penumpang yang ketinggalan kereta, agar tidak menjadi pembalap yang miss sepersekian detik. Agar asset kita yang begitu berharga, tidak harus di write off setiap hari. InsyaAllah !.

Ketika Wong nDeso Naik Pesawat…

Oleh : Muhaimin Iqbal
Pada suatu akhir pekan yang padat saya berangkat pagi-pagi ke sawah percobaan kami di Boyolali, disana telah menunggu dengan antusias rombongan petani yang datang dari sentra produksi beras nasional di Jawa Barat. Selesai berdiskusi di sawah bersama team kami dan para petani tersebut, saya harus bergegas balik ngejar pesawat ke Jakarta. Namanya juga dari sawah, tanpa saya sadari sepatu saya masih ada bekas tanah sawah disana sini ketika masuk ruang tunggu bandara. Rupanya beberapa penumpang lain melihatnya, saya membayangkan apa yang ada di pikiran mereka seandainya terucap mungkin akan bilang “ …ono wong ndeso naik pesawat…”.

Saya memperoleh pelajaran yang sangat berharga dari kejadian ini , bukan karena malu dilihat orang sebagai ‘wong ndeso’ – tetapi dari inspirasi solusi berbasis kecepatan putaran atau gerakan saya hari itu – yang bahkan tidak sempat membersihkan sepatu.

Yang biasa riwa-riwi naik pesawat kan orang-orang kantoran yang melakukan perjalanan dinas dengan biaya kantor, sementara kaum petani yang bekerja keras berusaha mensupplai kebutuhan pangan yang utama – tidak biasa melakukan perjalanan dengan pesawat udara ini. Yang biasa bergerak cepat adalah sektor-sektor lain, sementara para pelaku usaha di sektor utama – yaitu pangan, nyaris tidak bergerak.

Lantas saya berandai-andai, seandainya saja mobilitas para petani ini bisa tinggi sebagaimana mobilitas orang kantoran – maka tanah-tanah yang terlantar di berbagai wilayah negeri akan cepat terolah. Keberhasilan di suatu daerah akan cepat menyebar ke daerah lain, saling menularkan keterampilan akan mengakselerasi kecukupan pangan, petani akan memiliki harga jual terbaik untuk hasil pertanian mereka dlsb.

Untuk menggambarkan pentingnya perputaran atau pergerakan  yang cepat dalam menggerakkan sektor pertanian ini saya beri ilustrasi berikut :

Bila Anda punya uang Rp 1 juta, Anda pakai usaha dengan hasil bersih Rp 100 ribu. Cukup kah hasil ini ?, jawabannya tergantung berapa lama waktu yang Anda perlukan untuk memperoleh yang Rp 100 ribu tersebut. Bila perlu waktu setahun, maka hasil Anda tergolong rendah karena investasi Anda hanya memberikan return 10 % per tahun.

Tetapi bila Anda perolehnya dalam 1 bulan, maka hasilnya tinggi karena setara dengan 120 % per tahun. Bila Anda perolehnya setiap minggu maka akan sangat tinggi karena setara dengan 520 % per tahun. Bila Anda perolehnya setiap hari, maka ini luar bisa tinggi karena akan setara dengan 3,650 % per tahun. Hasil menjadi tidak terhitung manakali hasil tersebut diinvestasikan kembali yang oleh orang keuangan disebut efek compound.

Rupanya disini rahasia kecukupan rezeki bagi semua orang atau bahkan semua makhluk di bumi yang dijanjikan Allah itu (QS  11 :6). Sebagaimana Allah menjaga kelangsungan bumi dan tata surya sampai hari kiamat melalui pergerakan berputarnya, maka kecukupan rezeki bagi semua itu juga dijamin melalui perputaran harta. Itulah mengapa harta yang hanya berputar di golongan yang kaya saja tidak boleh (QS 59:7), apalagi harta yang tidak berputar.

Itu pulalah sebabnya, mengapa lahan pertanian yang dianggurkan atau tidak dimakmurkan oleh pemiliknya lebih dari tiga tahun – itu sesungguhnya sudah bukan lagi miliknya.

Bisa dibayangkan banyaknya lahan yang menganggur di negeri ini yang bisa dimakmurkan bila para petani memiliki mobilitas tinggi, mereka akan dengan senang hati terbang kesana kemari mengolah negeri - bila diberi kesempatan untuk melakukannya.

Jumlah penduduk bisa terus bertambah dan lahan pertanian semakin menyempit, tetapi inipun tidak mengurangi janji Allah bahwa semuanya akan tetap mendapatkan rezekinya. Allah Maha Kuasa dan Maha Memenuhi Janji, maka nampaknya bukan luasnya lahan dan banyaknya harta  yang menjamin ketersediaan pangan itu – tetapi melalui perputarannyalah pangan akan cukup.

Harta yang banyak bila ditimbun, sawah ladang yang luas bila dianggurkan – semuanya tidak akan membuat kecukupan pangan.  Sebaliknya harta sedikit yang terus berputar cepat, lahan yang sempit yang terus diproduktifkan – itulah yang akan menghasilkan pangan yang cukup bagi seluruh penduduk bumi itu.

Masih terisa beberapa pertanyaan lagi, yaitu bagaimana memproduktifkan lahan yang sempit agar cukup ?, bukankah masa panen sudah tertentu, produktifitas hasil juga ada batasnya ?. Samar-sama jawaban itu mulai terbayang dari serangkaian hasil eksperimen yang menjadi bahan diskusi dengan para petani tersebut di atas. Jawabannya nampaknya sekali lagi akan datang dari perputaran atau pergerakan yang lebih cepat.

Dari dahulu kita paham bahwa bila kita bisa mengintegrasikan peternakan dan pertanian, kambing dan sawah misalnya – maka keduanya akan saling menopang karena kotoran kambing menjadi pupuk dan dari lahan pertanian antara lain dihasilkan pakan kambing.

Tetapi masalahnya adalah tidak semua hasil atau limbah pertanian bisa dimakan kambing, bisa karena proteinnya yang rendah maupun karena kekerasan seratnya yang membuat tidak digestible di perut kambing. Kotoran kambing-pun bila dibiarkan apa adanya perlu waktu beberapa bulan untuk bisa menjadi pupuk yang efektif. Walhasil perlu upaya kita untuk mempercepat putaran dari hasil/limbah pertanian ke kambing dan dari kambing ke pupuk pertanian ini.

Percepatan putaran siklus pertanian ini Alhamdulillah sudah mulai kita coba juga. Dari kotoran kambing dapat dipercepat menjadi pupuk yang efektif hanya dalam beberapa hari melalui proses fermentasi, sebaliknya melalui proses fermentasi pula hasil atau limbah pertanian yang semula berprotein rendah dan tidak digestible menjadi berprotein tinggi dan digestible.

Jadi bahkan sektor peternakan dan pertanian yang mengurusi kebutuhan esensial manusia inipun insyaAllah bisa dipercepat perputarannya. Bila ini terjadi, Anda mungkin akan menjadi lebih banyak melihat wong ndeso yang belepotan dengan tanah riwa-riwi ke seluruh negeri dengan pesawat. Lahan-lahan yang gersang dan menganggur kini menunggu dimakmurkan, menunggu mereka-mereka ini untuk terjun mengolahnya. InsyaAllah.

Rabu, 09 Mei 2012

Perkembangan Motorik Kasar dan Perkembangan Motorik Halus

Perkembangan Motorik Kasar dan Perkembangan Motorik Halus

Perkembangan Motorik Kasar
Tugas perkembangan jasmani berupa koordinasi gerakan tubuh, seperti berlari, berjinjit, melompat, bergantung, melempar dan menangkap,serta menjaga keseimbangan. Kegiatan ini diperlukan dalam meningkatkan keterampilan koordinasi gerakan motorik kasar. Pada anak usia 4 tahun, anak sangat menyenangi kegiatan fisik yang mengandung bahaya, seperti melompat dari tempat tinggi atau bergantung dengan kepala menggelantung ke bawah. Pada usia 5 atau 6 tahun keinginan untuk melakukan kegiatan berbahaya bertambah. Anak pada masa ini menyenangi kegiatan lomba, seperti balapan sepeda, balapan lari atau kegiatan lainnya yang mengandung bahaya.

2. Perkembangan Gerakan Motorik Halus
Perkembangan motorik halus anak taman kanak-kanak ditekankan pada koordinasi gerakan motorik halus dalam hal ini berkaitan dengan kegiatan meletakkan atau memegang suatu objek dengan menggunakan jari tangan. Pada usia 4 tahun koordinasi gerakan motorik halus anak sangat berkembang bahkan hampir sempurna. Walaupun demikian anak usia ini masih mengalami kesulitan dalam menyusun balok-balok menjadi suatu bangunan. Hal ini disebabkan oleh keinginan anak untuk meletakkan balok secara sempurna sehingga kadang-kadang meruntuhkan bangunan itu sendiri. Pada usia 5 atau 6 tahun koordinasi gerakan motorik halus berkembang pesat. Pada masa ini anak telah mampu mengkoordinasikan gerakan visual motorik, seperti mengkoordinasikan gerakan mata dengan tangan, lengan, dan tubuh secara bersamaan,antara lain dapat dilihat pada waktu anak menulis atau menggambar.

3. Perkembangan Otak dan Susunan Syaraf Pusat
Perkembangan otak manusia yang sangat pesat terjadi pada masa prenatal dan beberapa bulan setelah kelahiran pada masa sebelum kelahiran diperkirakan 250.000 sel-sel otak terbentuk setiap menit melalui proses pembelahan sel yang disebut mitosis. Setelah lahir sebagian besar sel-sel otak yang berjumlah 100 milyar terbentuk secara matang perkembangan yang dimulai dari atas yaitu kepala dan berlanjut secara teratur ke bagian bawah tubuh. Pada usia 4-5 tahun kepala anak hanyaberukuran seperlima dari ukuran tubuhnya dan pada usia 6 tahun kepada anak memiliki ukuran sepertujuh dari ukuran kepalanya. Pada usia 6 tahun anak telah memiliki proporsi tubuh yang akan mewarnai proporsi tubuhnya di masa dewasa. Secara normal bertambah tinggi badan selama masa kanak-kanak hanya sebanyak 2,5 inchi setahun dan berat badan secara normal hanya bertambah 2,5-3,5 kilogram setahun.

Prinsip-prinsip Perkembangan Fisiologis Anak Usia Taman Kanak-kanak
Prinsip utama perkembangan fisiologis anak usia dini adalah koordinasi gerakan motorik, baik motorik kasar maupun halus. Pada awal perkembangannya, gerakan motorik anak tidak terkoordinasi dengan baik. Seiring dengan kematangan dan pengalaman anak kemampuan motorik tersebut berkembang dari tidak terkoordinasi dengan baik menjadi terkoordinasi secara baik. Prinsip utama perkembangan motorik adalah kematangan, urutan, motivasi, pengalaman dan latihan atau praktek.

Kematangan syaraf
Pada waktu anak dilahirkan hanya memiliki otak seberat 2,5% dari berat otak orang dewasaSyaraf-syaraf yang ada di pusat susunan syaraf belum berkembang dan berfungsi sesuai perkembangannya. Sejalan dengan perkembangan fisik dan usia anak, syaraf-syaraf yang berfungsi mengontrol gerakan motorik mengalami prosesneurogical maturation.Pada anak usia 5 tahun syaraf-syaraf yang berfungsi mengontrol gerakan motorik sudah mencapai kematangannya dan menstimuasi berbagai kegiata motorik yang dilakukan anak secara luas. Otot besar yang mengontrol gerakan motorik kasar seperti berjalan,berlari, melompat dan berlutut, berkembang lebih cepat apabila dibandingkan dengan otot halus yang mengontrol kegiatan motorik halus, diantaranya menggunakan jari-jari tangan untuk menyusun puzzle, memegang gunting atau memegang pensil. Pada waktu bersamaan persepsi visual motorik anak ikut berkembang dengan pesat, seperti mengisi gelas dengan air, menggambar, mewarnai dengan tidak keluar garis. Di usia 5 tahun anak telah memiliki kemampuan motorik yang bersifat komplek yaitu kemampuan untuk mengkombinasikan gerakan motorik dengan seimbang, seperti berlari sambil melompat dan mengendarai sepeda.

Ketika anak mampu melakkan suatu gerakan motorik, maka akan termotivasi untuk bergerak kepada motorik yang lebih luas lagi. Aktivitas fisiologis meningkat dengan tajam. Anak seakan-akan tidak mau berhenti melakukan aktivitas fisik, baik yang melibatkan motorik kasar maupun motorik halus. Pada saat mencapai kematangan untuk terlibat secara aktif dalam aktivitas fisik yang ditandai dengan kesiapan dan motivasi yang tinggi dan seiring dengan hal tersebut, orang tua dan guru perlu memberikan berbagai kesempatan dan pengalaman yang dapat meningkatkan keterampilan motorik anak secara optimal. Peluang-peluang ini tidak saja berbentuk membiarkan anak melakukan kegiatan fisik akan tetapi peru di dukung dengan berbagai fasilitas yang berguna bagi pengembangan keterampilan motorik kasar dan motorik halus.

Yuk, Cerdaskan Anak Sedini Mungkin

upaya mencerdaskan anakPerkembangan zaman yang sangat cepat dan Persaingan hidup yang semakin ketat membuat setiap orangtua mendambakan anak yang memiliki kecerdasan dalam semua aspek kecerdasan (multiple Intelligence). Harapannya dengan ia memiliki kecerdasan ganda, ia akan mudah meraih berbagai kesuksesan dalam hidupnya. Sehingga berbagai cara dilakukan mulai dari mencari pasangan, asupan gizi dan perlakuan selama masa kehamilan, kelahiran, pendidikan sejak lahir sehingga 5 tahun pertama, juga mencari sekolah-memberikan pendidikan yang terbaik.
Tapi Sebenarnya apa sih ya cerdas itu? ada banyak definisi mungkin ya. tapi  saya lebih suka mengadopsi definis cerdas menurut ungkapan Nabi Muhammad SAW bahwa:
“orang yang cerdas itu adalah yang memperhatikan apa yang ia perbuat untuk hari esok”
Kenapa? karena menurut saya, kalau diperhatikan perumpamaan itu mengandung syarat bahwa untuk bisa memperhatikan apa yang diperbuat untuk hari esok, membutuhkan berbagai pemahaman yang artinya juga kecerdasan yang menjadi landasan untuk bisa melakukan yang terbaik dan menghasilkan yang terbaik. nah yang terbaik disini tak sebatas hanya kesuksesan yang bersifat materi tapi juga pada kesuksesan sejati, kesuksesan yang sesungguhnya. yakni bahagia di dunia, bahagia diakhirat (di surga).
Tapi seringkali orangtua termasuk saya tersandung pada bagaimana caranya agar anak memiliki multiple Intelligence. Dari berbagai sumber yang saya baca ada banyak cara untuk menghasilkan anak yang cerdas. upaya ini bisa dimulai sejak kita-kita masih singel (lajang) dengan mengasah kecerdasan kita terlebih dahulu, harapannya ada gen yang akan kita turunkan kepada anak kita kelak, kemudian dalam mencari pasangan yang juga cerdas.  memperhatikan berbagai asupan gizi dan tambahan suplemen otak selama masa kehamilan, juga treatment-treatment fisik maupun psikis selama masa kehamilan, proses kelahiran, dan upaya pendidikan sejak usia dini bahkan sejak baru lahir.
Dalam agama islam mencari pasangan didahulukan memilih pasangan yang memiliki kriteria agama dan akhlak yang baik. karena  kriteria itu benar-benar menjadi landasan untuk menghasilkan bibit-bibit dan generasi yang terbaik. kenapa? agama dan akhlak berarti mengandung pengertian kecerdasan spritual dan kecerdasan emosional. kecerdasan ini penting  dimiliki orang tua karena ia adalah figur dan idola bagi anak-anaknya. Anak benar-benar melakukan imitasi terhadap orang tuanya. lalu bagaimana dengan kecerdasan IQ. banyak sumber menyebutkan bahwa kecerdasan spritual dan emosional yang terasah dengan baik itu mampu merangsang, memacau dan meningkatkan kemampuan IQ anak. Itu berarti bahwa ibarat membangun Rumah, spritual dan emosionalnya adalah pondasi yang harus dibangun dengan baik agar rumahnya bisa berdiri dengan kokoh. Dengan kata lain akan menjadi ringanlah tugas kita untuk memasukkan unsur-unsur kecerdasan IQ, jika kecerdasan spritual dan emosionanya sudah terasah dengan baik.
Tahukah anda bahwa Usia dini adalah usia yang sangat penting dan potensial untuk memperkenalkan dan menanamkan berbagai aspek perkembangan atau kecerdasan spritual, emosional dan kecerdasan IQ anak. kecerdasan spritual seperti pengetahuan dasar-dasar agama berupa pengenalan kepada penciptaNYa yang dikuti dengan menyayangi, dan mengikuti apa kata PenciptaNya. Kecerdasan emosional itu berupa  pembiasaan (adab-prilaku) yang baik dalam kehidupan sehari-hari, kemandirian, sosialisasi. sementara Kecerdasan IQ bisa mencakup perkembangan koqnitif, bahasa, fisik, ketrampilan.
Nah bagi ibu-ibu yang ingin memiliki anak yang cerdas, skala prioritas pendidikan kita mungkin bisa diawali dengan membangun kecerdasan spritual dan emosional terlebih dahulu. tapi bukan berarti kecerdasan IQ di telantarkan. Bisa saja kita mengenalkan hal-hal sederhana seperti berhitung dari 1 – 10, bersenandung alfabet, mengenal kosa kata benda-benda disekitar, dll. Hanya saja kita tidak menekankan bahwa mereka harus menguasainya terlebih dahulu. Seperti pada usia dini ini mereka sudah HARUS bisa CALISTUNG. Karena seperti yang dikemukakan tadi bahwa kecerdasan spritual dan emosional yang sudah terasah akan memudahkan ia untuk memahami materi-materi yang bersifat IQ.
Setelah semua langkah diatas kita lakukan satu hal penting yang juga sangat penting kita lakukan adalah berdoa. Jangan lupa doakan anak-anak kita agar mereka senantiasa menjadi pribadi yang cerdas.Dan juga senantiasa perbaikilah diri kita sebagai orang tua karena kitalah yang menjadi figur mereka dalam melakukan berbagai tindakan.  MisalnyaTidak ada gunanya kita membiasakan mereka minum dan makan sambil duduk, jika kita sebagai orang tuanya sering mencontohkan makan dan minum sambil berdiri.
Semoga ada yang memberikan kritik dan saran atas tulisan ini untuk memperbaikinya..

Anak Anda Adalah Cermin Diri Anda

anak meniru tingkahlaku orangtuanyaKita Mengetahui bahwa ketika lahir manusia sangat tergantung kepada orang lain, terutama orangtua, dan lebih khusus lagi kepada ibu. Di masa anak-anakpun ketergantungan itu masih sangat tampak. Karena ketergantungan itu, maka penting sekali peranan orangtua terhadap perkembangan kepribadian anak. Para pakar psikologi sejak lama mengatakan bahwa pengaruh orangtua dan lingkungan masa kanak-kanak tidak berhenti di masa kanak-kanak saja, melainkan terus berlangsung terus, kadang-kadang sampai seumur hidup. Tak jarang pengaruh pengalaman masa kanak-kanak itu tidak disadari oleh orang yang bersangkutan, karena tersimpan dalam alam ketidaksadarannya (alam bawah sadar). Tetapi kemudian hal itu muncul dalam tingkah laku yang tidak wajar dan yang tidak dimengerti oleh pelakunya sendiri.
Para ahli juga mengatakan bahwa dalam perkembangan kepribadiannya, seorang anak selalu membutuhkan tokoh identifikasi. Identifikasi berarti dorongan untuk menjadi identik (sama) dengan orang yang ditokohkan. Biasanya diawal masa kanak-kanak, tokoh yang ingin di samai adalah ayah dan ibunya. Dalam proses identifikasi itu, anak meniru sikap-sikap, norma-norma, nilai-nilai kebiasaan-kebiasaan, gerak-gerik dan sebagainya dari tokoh identifikasi. Bukan hanya secara lahiriah, secara batinpun anak ingin menjadi identik dengan orang yang ditokohkannya.
Sejalan dengan bertambahnya usia anak, lingkungan kehidupan juga bertambah luas. Dari hari ke hari, minggu ke minggu, bulan  ke bulan, dan seterusnya, semakin banyak orang yang ditemui oleh anak dan yang berintaraksi dengannya. Sehingga, akan sangat mungkin di masa-masa berikutnya anak akan menjadikan orang-orang dewasa lain sebagai tokoh identifikasinya. Bisa saja guru-gurunya, orang tua temannya, pamannya atau bahkan tokoh-tokoh yang disaksikannya di media massa, seperti televisi, game-game playstation, game online, internet, dan lain-lain.
Seandainya sikap, tingkah laku dan pandangan orang yang diidolakan oleh anak baik dan sejalan dengan ajaran agama dan akhlak yang luhur, tentu tak ada masalah. Tetapi apabila tidak demikian, maka persoalannya tidak akan sederhana. Jika anak Anda telah mengidolakan orang-orang yang tak patut dijadikan teladan, maka bersiap-siaplah Anda untuk meratapi nasib buruk anda di kemudian hari.
Karenanya, tidak ada pilihan lain selain kita menyiapkan diri kita untuk menjadi orangtua dalam arti yang sebenarnya, yang patut dijadikan teladan, yang pantas dibuat cerminan.  Sejak lama orang percaya dan memang terlihat dalam kehidupan nyata bahwa pendidikan  dengan memberikan keteladanan adalah suatu bentuk pendidikan terpenting, apalagi di masa kanak-kanak. Yakinlah bahwa anak-anak kita akan lebih terpengaruh oleh apa yang kita lakukan dari pada apa yang kita katakan.
Selain kita terus mengupayakan agar dapat meningkatkan kualitas kita sebagai orang yang layak dijadikan panutan, kitapun sejak dini dapat dan mesti mengenalkan kepada anak tokoh-tokoh dalam Islam sebagai panutan mereka. ALangkah pantasnya bila sejak dini kita mengenalkan kehidupan Rasulullah, keluarganya, para sahabatnya, dan tokoh-tokoh Islam lainnya dengan cara yang menarik perhatian mereka dan berbekas secara mendalam di dalam hati mereka.
Kalau anda ingin mengetahui apakah seseorang itu sukses atau tidak dalam kehidupan dalam arti yang sesungguhnya, lihatlah anak-anaknya. Apakah mereka itu berakhlak baik atau tidak, menjalankan ajaran agama atau tidak. Dengan mengetahui anak-anaknya, anda akan dapat menyimpulkan bahwa orangtuanya itu orangtua yang berhasil seingga patut berbahagia dan tersenyum gembira ataukah ia orang yang sengsara yang lebih pantas untuk meratapi nasibnya yang merana. Begitu pun Anda, Kalau Anda ingin tahu siapa Anda yang Sesungguhnya, tengoklah anak-anak Anda.  Mereka adalah cermin diri Anda!.
By. Drs, Psi Ali Yahya dalam Pengantar Melahirkan Anak MasyaAllah

Pembelajaran Yang Berpusat Pada Anak

membantu anak belajarPembelajaran pada anak usia dini, telah menjadi permasalahan di Indonesia pada beberapa tahun terakhir ini. Hal ini disebabkan oleh pembelajaran yang dilaksanakan, cenderung berorientasi akademik yaitu pembelajaran yang lebih menekankan pada pencapaian kemampuan anak dalam membaca, menulis dan berhitung. Padahal seharusnya pembelajaran yang dilakukan pada anak usia dini tidak semata-mata untuk kemampuan calistung saja. Akan tetapi lebih diarahkan untuk mengembangkan berbagai potensi pada diri anak seperti fisik, kognitif, bahasa, dan sosio emosional. Kecendeungan tersebut disebabkan antara lain oleh pemahaman yang keliru terhadap konsep pembelejaran awal pada anak usia dini.
Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan dengan pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Ia memiliki dunia dan karakteristik sendiri yang jauh berbeda dari orang dewasa. Anak selalu aktif, dinamis, antusias, dan ingin tahu terhadap apa yang dilihat dan didengarnya, seolah-olah tak pernah berhenti belajar. Anak juga bersifat egosentris, memiliki rasa ingi tahu secara alamiah, merupakan makhluk social, unik, kaya dengan fantasi, memiliki daya perhatian yang pendek, dan merupakan masa yang paling potensial untuk belajar. Anak usia dini adalah anak yan berada pada rentang usia 0 – 8 tahun. (NAEYC, 1992).
Pada masa ini proses pertumbuhan dan perkembangan dalam berbagai aspek seperti fisik, sosio-emosional, dan kognitif sedang menalami masa yang terepat dalam rentang perkembangan hidup manusia (Berk, 1992). Setiap tahapan usia yang dilalui anak akan menunjukkan karakteristik yang bebeda dengan tahap yang telah dan akan dilewatinya. Proses pembelajaran sebagai bentuk perlakuan yang diberikan pada anak haruslah memperhatikan karakteristik yang yang dimiliki setiap tahapan perkembangan anak. Apabila perlakuan yang diberikan tersebut tidk didasarkan pada perkembangan anak, maka hanya akan menempatkan anak pada kondisi yang menderita.
Pembelajaran yang didasarkan pada perkembangan akan dapat meningkatkan keterampilan dan minat anak. Dengan demikian, melalui pembelajaran tersebut, tugas-tugas perkembangan anak dapat teraktualisasi dengan optimal.

Strategi Pembelajaran Sentra Persiapan (READINESS CENTRE)

Strategi Pembelajaran Sentra Persiapan (READINESS CENTRE)

mempersiapkan anak mengenal tulisanSentra persiapan adalah pusat kegiatan bermain untuk mempersiapkan anak mengenal tulisan, huruf dan menghitung. Kegiatan ini guna membantu anak mempersiapkan diri memasuki sekolah dasar.
A. Kegiatan
* Mengenalkan huruf
* Bermain kartu kata
* Mengenalkan kata-kata yang bunyinya sama
* Finger painting
* Bermain warna
* Menirukan tulisan
* Bermain dengan menghitung angka
* Bermain komputer, dsb
B.  Alat Permainan yang dibutuhkan
* Buku cerita
* Kartu huruf
* Lambang-lambang tulisan
* Gambar-gambar
* Alat tulis
* Kertas
* Spidol
* Krayon
* Cat
* Komputer, dsb
C.  Langkah-langkah kegiatan
Sebelum memulai kegiatan, anak diberikan arahan, bukan dengan perintah. Secara bersama-sama guru dan anak menentukan aturan, misalnya tata tertib ketika berada di sentra tersebut. Setelah anak bersepakat, biarkan anak untuk memulai permainan.
1).  Kegiatan mengenal huruf
  • Sebuah kertas bertuliskan Aa sampai Zz telah disiapkan terlebih dahulu.
  • Untuk anak yang memilih kegiatan ini biarkan ia mengamati, mengeksplorasi, terlebih dahulu tulisan-tulisan tersebut.
  • Guru-orangtua menuliskan kata-kata dikertas kecil dan anak-anak diminta mencari huruf-huruf yang ditulis oleh guru-orang tua bila sudah diperlihatkan kepada guru-orangtua
  • Kata-kata yang sudah ditemuka anak difilekan oleh guru-orangtua dalam map masing-masing anak.
2). Bermain kartu kata. Ambil kartu kata yang ada di file anak, pastikan anak telah mengenalnya. Setelah itu kenalkan kata-kata baru, kemudian acak dan ajak anak untuk menar kata baru tersebut.
3).  Menirukan tulisan. Sediakan kertas-kertas putih yang diberi tulisan, lalu anak diajak untuk membuat tulisan tersebut, dibawah tulisan guru-orangtua. Pastikan anak senang melakukannya.
4). Finger painting. Anak-anak dibiarkan untuk mencampur warna yang dia sukai, dan mengaduk-ngaduknya dengan tangan dan jarinya. Siapkan kertas yang tebal, lalu ajak anak membentuk apa saja yang dia sukai diatas kertas tersebut.
5). Mengenal kata-kata yang berawalan, misalnya : makan, mandi, meja, minum, muka, dsb.
6). Membacakan cerita, bacakanlah cerita kepada anakbaik secara group maupun klasikal, lalu aadkan tanya jawab.
7). Mengucapkan kata-kata yang menggunakan gambar seperti : Apel, Ayam, Sapi, dll disertai gambarnya
8). Bermain Komputer. Pastikan komputer telah siap digunakan, anak-anak bermain komputer sesuai dengan keinginannya. Anak  bisa membuat gambar dari garis, atau permainan lainnya.

Calistung Pada PAUD, Salah Besar!

calistung pada balitaPembelajaran membaca, menulis, dan berhitung (calistung) pada anak usia dini merupakan salah satu bentuk kesalahan terbesar yang diterapkan sistem pendidikan nasional Indonesia. Pada usia dini, pengajaran calistung justru akan membatasi interaksi siswa dengan lingkungan. Interaksi merupakan salah satu komponen penting untuk melejitkan kecerdasan anak.
Kecerdasan anak akan berkembang pesat melalui interaksi intensif dengan lingkungan sekitar. Jika tidak ada interaksi, kecerdasan anak justru tidak akan berkembang. Sementara, pengajaran calistung pada usia dini justru akan semakin menjauhkan anak dari interaksi dengan lingkungan. Oleh karena itulah, pengajaran calistung pada anak usia dini tidak diperbolehkan,” ungkap Direktur Jenderal (Dirjen) Pendidikan Luar Sekolah (PLS) Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas), Dr. Ace Suryadi. Bahkan, menurut Dr. Ace Suryadi, di negara maju seperti Amerika Serikat dan Australia, pengajaran calistung pada anak usia dini telah dilarang. “Hanya Indonesia yang masih memperbolehkan dan justru bangga jika berhasil mengajarkan calistung pada anak yang berusia di bawah 6 tahun,” ujarnya menegaskan.
Dia menilai, alangkah lebih baiknya jika anak usia dini diajarkan untuk berbicara atau mengembangkan kemampuan motoriknya secara terprogram dan sistematis. Namun, jika keinginan belajar calistung itu berasal dari diri anak secara langsung, menurut Ace, itu sah-sah saja. “Yang penting, jangan ada unsur paksaan bagi si anak agar ia mau belajar calistung,”tuturnya.
Salah kaprah
Namun, menurut pakar budaya di Jawa Barat, Popong Otje Djundjunan, yang terjadi di Indonesia justru sebaliknya. Orangtua justru berlomba-lomba berusaha untuk membuat anaknya yang masih berusia balita pandai calistung. “Masih banyak implementasi proses pendidikan di Indonesia yang justru salah kaprah.
Orang tua bangga jika anaknya yang masih balita sudah pandai calistung,” katanya. Hal itu, lanjut Popong, tidak terlepas dari banyaknya penyimpangan sistem pendidikan mulai dari tingkat sekolah dasar. “Tidak sedikit sekolah dasar yang mensyaratkan agar calon siswa yang mendaftar ke sekolah tersebut telah memiliki kemampuan calistung yang baik. Bahkan, ada sekolah yangdengan terang-terangan menolak calon siswa yang belum bisa calistung,” tuturnya.
Dia menilai, hal itu merupakan kebijakan yang salah. Pasalnya, mengajarkan anak untuk pandai membaca, menulis, dan berhitung sesungguhnya merupakan tugas guru sekolah dasar, bukannya pendidik usia dini. “Saya berharap, pemerintah segera melakukan tindakan tegas. Kalau bisa, secepatnya menyebarkan surat edaran, yang isinya melarang sekolah dasar memberlakukan syarat bisa calistung untuk calon siswa. Ini demi memperbaiki sistem pendidikan nasional. Karena pada dasarnya kebijakan untuk mengajarkan calistung pada anak usia dini tidak dibenarkan,” tuturnya.
sumber: http://paudcenter.info dalam http://kbtkitihya.wordpress.com/2008/06/09/calistung-pada-paud-salah-besar/
setelah membaca artikel diatas saya merasa agak lega. ternyata masalah yang dialami putriku nadzira, 4 tahun dalam kemampuannya dalam belajar calistung  tidak perlu membuatku sangat risau. karena memang masih dalam usia yang belumlah terlambat untuk bisa calistung, meskipun teman-teman sebayanya disekolah sudah menunjukkan perkembangan yang lebih baik.
Meskipun sebenarnya kemampuannya dalamhal calistung tidak nihil sama sekali. hal yang paling dia sukai adalah menulis. Barangkali dia ingin menjadi penulis :) . untuk kemampuan membancanyapun sudah bisa mengeja sampai bacaan ba, ca, da, ……..sampai ka-; untuk huruf yang selanjutnya dia masih membutuhkan bantuan gambar untuk mengidentifikasi suku katanya. Untuk berhitung, dia juga sebenarnya sudah bisa melakukan perhitungan sejumlah benda.
TAPI saya terinspirasi dengan  sebuah Papan Iklan di Pinggir jalan kota Yogyakarta. begini bunyinya
“ANAK LAMBAT BELAJAR< ANAK HIPERAKTIF, BERHAK MENJADI ANAK SHOLEH  388422 (kalo ga salah itu nomor telponnya)”
Maka dalam menghadapi kasus putriku ini, sebagai orang tua  saya perlu untuk memberikan prioritas pendidikan pada hal emosional dan spritual. Maunya sih semuanya bisa jalan bareng, tapi kalau kemampuan anak juga terbatas, dari pada dia merasa stress dan terpaksa, tentu saya perlu bersabar terutama jika saya harus membandingkan dengan tema-temannya disekolah. Mudah-mudahan perkembangan emosional dan spritualnya yang baik mampu memacu kemampuan Intelektualnya-koqnitif.

Selasa, 08 Mei 2012

Hidup Di Antara Dua ‘Tetapi’…

Oleh : Muhaimin Iqbal
‘Tetapi’ adalah satu kata yang luar biasa, Anda bisa menulis beribu kata untuk mengungkapkan sesuatu yang indah – namun begitu Anda tutup tulisan tersebut dengan kata ‘Tetapi’ – maka artinyapun berubah, keindahan-pun bisa sirna karenanya. Sebaliknya juga terjadi, Anda bisa mengungkapkan seribu kata keburukan, kesedihan dan sejenisnya – namun bila Anda tutup dengan kata ‘Tetapi’, keburukan atau kesedihan tersebut akan berubah menjadi tidak seburuk sebelumnya. Nah, kemampuan untuk menghilangkan kata ‘Tetapi’ yang seharusnya tidak ada atau menghadirkan kata ‘Tetapi’ yang memang seharusnya ada – ternyata akan ikut menentukan kwalitas hidup Anda, maka melatihnya menjadi penting.

Perhatikan contoh aplikasinya di dua kasus berikut.

‘Tetapi’ yang Seharusnya Tidak Ada…

Masyarakat sekarang rata-rata memiliki penghasilan yang semakin tinggi, tetapi kebanyakan merasa semakin tidak cukup.

Mereka memiliki rumah-rumah yang besar, tetapi mereka merasa hidupnya semakin sempit.

Jalan-jalan semakin panjang dibuat, tetapi macet dimana-mana.

Segala jenis makanan dapat mereka beli, tetapi mereka memiliki begitu banyak pantangan untuk memakannya.

Mereka bekerja keras untuk keluarganya, tetapi mereka tidak memiliki waktu untuk memberikan perhatiannya.

Ilmu mereka tinggi, tetapi tidak membuatnya semakin bijak.

Jaringan pertemanan mereka luas, tetapi mereka kehilangan empati.

Nama-nama mereka terkenal, tetapi mereka tidak memiliki jati diri.

Mereka menyekolahkan anaknya tinggi-tinggi, tetapi mereka gagal mempersiapkannya untuk menjadi orang yang beriman dan mandiri.

Mereka berebut menguasai dunia, tetapi mereka tidak berusaha memakmurkannya.

Mereka…………………………………., tetapi…………………………………………(Anda dapat melengkapinya sampai seribu kata bila perlu…)

‘Tetapi’ Yang Seharusnya Ada…

Bumi semakin sempit dengan jumlah penduduk yang terus bertambah, tetapi selalu ada tempat yang cukup untuk semuanya.

Kerusakan Nampak semakin nyata dimana-mana, tetapi masih ada peluang untuk memperbaikinya.

Keamanan dunia terancam oleh arogansi para penguasa, tetapi selalu ada kekuatan penyeimbang yang akan menghentikan langkahnya.

Kapitalisme global mencengkeram ekonomi dunia untuk kepentingannya, tetapi semua ada masanya – cepat atau lambat ketidak adilan akan berakhir.

Masalah demi masalah datang silih berganti, tetapi selalu ada solusi untuk mengatasinya.

Lapangan pekerjaan semakin susah dicari, tetapi selalu ada pekerjaan bagi yang mau bekerja.

Kebutuhan semakin tinggi sedangkan penghasilan tidak naik, tetapi tetap akan cukup bila Anda pandai mengelolanya.


Sekolah untuk anak-anak-pun semakin mahal padahal kwalitas lulusannya semakin tidak bisa diandalkan, tetapi siapa bilang hanya jalur sekolah yang bisa membuat anak kita bisa berprestasi ?.

Penyakit semakin beragam ditengah obat yang semakin mahal dan tidak mempan, tetapi seluruh penyakit tetap ada obatnya – kecuali penyakit mati.

Dan kita semua akan mati, tetapi selagi nyawa dikandung badan – kita masih bisa beramal maksimal untuk bekal nanti.

Nah sekarang Anda lihat, bahkan hal yang bisa memutus segala kebahagiaanpun – yaitu kematian, bila anda ungkapkan dengan kata ‘Tetapi’ – dia malah bisa menjadi kebaikan, yaitu menjadi nasihat yang paling efektif untuk kita bisa beramal maksimal selagi sempat.

Jadi pilihan kata ‘Tetapi’ itu ada di kita, kita bisa gunakan untuk menghapus segala kebaikan, kegembiraan dan sejenisnya. Atau kita bisa gunakan untuk menghibur kesedihan kita, mengurangi keburukan kita atau mempersiapkan diri kita untuk kehidupan yang abadai kelak – dimana kata ‘Tetapi’ tidak lagi relevan. Wa Allahu A’lam.