Berbagai upaya orang untuk mengungkapkan kegalauan dalam segala hal sampai sekarang muncul istilah gaul yang popular ‘Galau To The Max’ – mungkin maksudnya adalah bener-bener galau, atau amat sangat galau (?). Maka
saya ingin berbagi obat yang saya yakini bisa mengobati segala macam
kegalauan itu – apapun bentuk kegalauan Anda, ada satu obat untuk
semuanya. Untuk memudahkan Anda memahami cara kerja obat ini, cerita
berikut barangkali bisa membantu.
Alkisah
ada seorang raja di Afrika berteman akrab dengan orang pandai nan
bijak. Temannya ini punya kelatahan yang tidak biasa, yaitu melihat
kejadian apa saja – yang keluar dari mulutnya selalu ucapan ‘ini baik,
ini baik, ini baik !’. Dia sendiri tidak selalu bisa menjelaskan mengapa
sesuatu itu dikatakannya ‘ini baik, ini baik, ini baik’ , tetapi hanya
keyakinan di hati dialah yang secara reflek spontan selalu memunculkan
ucapan tersebut.
Suatu
hari sang raja mengajaknya berburu, temannya tersebut seperti biasa
selalu melayani sang raja sebaik mungkin. Tetapi entah karena gugub atau
lagi nggak konsen hari itu, dia salah menyetel senapan sang raja.
Ketika sang raja dengan serius membidik hewan buruannya dan ….dor !,
peluru tidak keluar dari laras senapan. Senapan meledak berkeping-keping
di tangan sang raja dan beberapa jari sang raja-pun menjadi korban.
Melihat
darah mengurur dari tangan sang raja, temannya yang latah tadi langsung
berucap ‘ ini baik, ini baik, ini baik !’. Raja berang bukan kepalang
kepada temannya ini, pertama karena dia kesakitan kehilangan
jari-jarinya, kedua karena menuduh temannya ini punya niat jahat
terhadap dirinya. Buktinya dia merasa senang dan mengucapkan ‘ini baik, ini baik, ini baik !’ ketika melihat tangan raja berlumuran darah.
Setelah
di interogasi oleh pengawal sang raja, teman raja tersebut tetap tidak
bisa menjelaskan apa maksud ucapan ‘ini baik, ini baik, ini baik !’
ketika melihat tangan raja berlumuran darah, maka dia diberi hukuman
maksimal oleh kerajaan. Hanya karena dia teman raja sendiri, dia tidak
dihukum mati – tetapi hanya dipenjara seumur hidup.
Tahun
berganti tahun, raja tidak lagi bisa percaya pada orang lain untuk
menjadi teman dekatnya – karena yang dahulu pernah ada-pun ‘diduga’
punya niat jahat untuk berkhianat. Maka raja selalu sendirian ketika
melampiaskan hobinya berburu, pengawal kerajaan hanya mengikutinya dari
jauh.
Suatu
hari dia terlalu jauh terpisah dari para pengawalnya dan memasuki
daerah berbahaya, di mana di daerah tersebut tinggal kaum kanibalis
– pemangsa manusia. Raja tertangkap dan karena dia raja – badannya
mulus, gemuk, bersih – menjadi calon santapan ideal bagi kaum kanibalis
itu.
Sambil
diikat sang raja, kaum tersebut mengumpulkan warganya dan siap-siap
untuk membakar sang raja – seperti kita membakar kambing guling !.
Setelah warga berkumpul, bara api-pun sudah membara - mereka mempersiapkan sang raja untuk mulai dibakar.
Dilepaskan
seluruh pakaian kebesarannya dan diperhatikannya satu per satu anggota
badannya. Panitia yang ditugasi untuk membakar sang raja-pun kaget,
ternyata tangkapannya hari itu tidak memiliki jari-jari yang lengkap.
Padahal kaum kanibalis tersebut memiliki pantangan, yaitu apapun yang
menjadi santapannya – termasuk manusia – harus memiliki anggota badan
yang lengkap.
Maka
dilepaskannya kembali sang raja ke hutan, dan raja selamat pulang
sampai ke kerajaannya. Yang dilakukannya pertama kali ketika sampai
kerajaan adalah mengunjungi temannya yang sudah dipenjarakannya
bertahun-tahun karena kesalahannya menghilangkan jari-jarinya dan karena
dia dianggap berkhianat dengan ucapannya ‘ini baik, ini baik, ini baik ’
ketika raja kehilangan jari-jarinya.
Setelah
menceritakan semua yang dialaminya ke teman tersebut, raja-pun minta
maaf karena telah memenjarakannya bertahun-tahun. Meskipun
bertahun-tahun tersiksa dalam penjara, temannya ini tidak kehilangan
latahnya yaitu selalu berucap ‘ini baik, ini baik, ini baik’.
Berkali-kali raja mengucapkan permintaan maafnya, berkali-kali pula temannya manggut-manggut sambil berucap ‘ ini baik, ini baik, ini baik….’. Penasaranlah sang raja dengan ucapan-ucapan tersebut. Bertanya sang raja “kamu banyak berucap ‘ini baik, ini baik, ini baik…’ pasti karena kamu tahu akan aku keluarkan dari penjara kan ?”.
Temannya kali ini bisa menjelaskan ucapan latahnya dengan baik : “Tidak
paduka, yang aku ucapkan ‘ini baik, ini baik, ini baik’ bukan karena
aku akan engkau keluarkan dari penjara ini, tetapi justru aku ucapkan
‘ini baik, ini baik, ini baik’ karena telah begitu lama aku engkau
penjarakan di sini !”.
Semakin penasaran sang raja dengan pandangan yang aneh dari temannya ini, dia bertanya lagi “bagaimana kamu bisa memandang baik pada kondisimu di dalam penjara bertahun-tahun ?”.
Temannya berusaha menjelaskan “Begini
paduka, bila aku dahulu tidak berbuat kesalahan, jari-jari paduka akan
tetap utuh, akupun tetap menjadi teman berburu paduka. Maka ketika kaum
kanibal tersebut menemukan kita berdua – dan semua anggota tubuh kita
lengkap – kita berdua pasti menjadi santapan mereka semua ! ”.
Raja
merasa baru belajar arti kata ‘ini baik, ini baik, ini baik’ dari
temannya yang bijak tersebut. Raja-pun ikut-ikutan latah, yang keluar
dari mulutnya adalah ‘ini baik, ini baik, ini baik’. Dia menjadi raja
yang sangat baik yang bisa melihat seluruh permasalahan yang ada di
negerinya dengan kebaikan yang bisa diambil atau dibangun dari setiap
permasalahan yang ada.
Bayangkan
kalau penyakit ‘ini baik, ini baik, ini baik…’ tersebut menular pada
diri Anda, Anda tidak akan pernah galau – apalagi galai to the max !. Ada sisi baik dari apapun permasalahan yang Anda punya, barangkali Anda belum tahu saja sisi kebaikan tersebut saat ini.
Dalam Islam, sikap untuk selalu ber prasangka baik pada Allah (BiyadiKa Al-Khair…, ditanganMu-lah segala kebaikan) akan mendatangkan rezeki yang tanpa perhitungan (QS 3 : 26-27).
Jadi apapun yang menjadi sebab kegalauan Anda - kegalauan to the max
sekalipun, obatnya hanya satu yaitu beriman kepada Allah dan terus
berprasangka baik padaNya. Ini baik, ini baik, ini baik….InsyaAllah !.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar