Pada
suatu akhir pekan yang padat saya berangkat pagi-pagi ke sawah
percobaan kami di Boyolali, disana telah menunggu dengan antusias
rombongan petani yang datang dari sentra produksi beras nasional di Jawa
Barat. Selesai berdiskusi di sawah bersama team kami dan para petani
tersebut, saya harus bergegas balik ngejar pesawat ke Jakarta. Namanya
juga dari sawah, tanpa saya sadari sepatu saya masih ada bekas tanah
sawah disana sini ketika masuk ruang tunggu bandara. Rupanya beberapa
penumpang lain melihatnya, saya membayangkan apa yang ada di pikiran
mereka seandainya terucap mungkin akan bilang “ …ono wong ndeso naik pesawat…”.
Saya
memperoleh pelajaran yang sangat berharga dari kejadian ini , bukan
karena malu dilihat orang sebagai ‘wong ndeso’ – tetapi dari inspirasi
solusi berbasis kecepatan putaran atau gerakan saya hari itu – yang
bahkan tidak sempat membersihkan sepatu.
Yang
biasa riwa-riwi naik pesawat kan orang-orang kantoran yang melakukan
perjalanan dinas dengan biaya kantor, sementara kaum petani yang bekerja
keras berusaha mensupplai kebutuhan pangan yang utama – tidak biasa
melakukan perjalanan dengan pesawat udara ini. Yang biasa bergerak cepat
adalah sektor-sektor lain, sementara para pelaku usaha di sektor utama –
yaitu pangan, nyaris tidak bergerak.
Lantas
saya berandai-andai, seandainya saja mobilitas para petani ini bisa
tinggi sebagaimana mobilitas orang kantoran – maka tanah-tanah yang
terlantar di berbagai wilayah negeri akan cepat terolah. Keberhasilan di
suatu daerah akan cepat menyebar ke daerah lain, saling menularkan
keterampilan akan mengakselerasi kecukupan pangan, petani akan memiliki
harga jual terbaik untuk hasil pertanian mereka dlsb.
Untuk menggambarkan pentingnya perputaran atau pergerakan yang cepat dalam menggerakkan sektor pertanian ini saya beri ilustrasi berikut :
Bila
Anda punya uang Rp 1 juta, Anda pakai usaha dengan hasil bersih Rp 100
ribu. Cukup kah hasil ini ?, jawabannya tergantung berapa lama waktu
yang Anda perlukan untuk memperoleh yang Rp 100 ribu tersebut. Bila
perlu waktu setahun, maka hasil Anda tergolong rendah karena investasi
Anda hanya memberikan return 10 % per tahun.
Tetapi
bila Anda perolehnya dalam 1 bulan, maka hasilnya tinggi karena setara
dengan 120 % per tahun. Bila Anda perolehnya setiap minggu maka akan
sangat tinggi karena setara dengan 520 % per tahun. Bila Anda perolehnya
setiap hari, maka ini luar bisa tinggi karena akan setara dengan 3,650 %
per tahun. Hasil menjadi tidak terhitung manakali hasil tersebut
diinvestasikan kembali yang oleh orang keuangan disebut efek compound.
Rupanya disini rahasia kecukupan rezeki bagi semua orang atau bahkan semua makhluk di bumi yang dijanjikan Allah itu (QS 11
:6). Sebagaimana Allah menjaga kelangsungan bumi dan tata surya sampai
hari kiamat melalui pergerakan berputarnya, maka kecukupan rezeki bagi
semua itu juga dijamin melalui perputaran harta. Itulah mengapa harta
yang hanya berputar di golongan yang kaya saja tidak boleh (QS 59:7),
apalagi harta yang tidak berputar.
Itu
pulalah sebabnya, mengapa lahan pertanian yang dianggurkan atau tidak
dimakmurkan oleh pemiliknya lebih dari tiga tahun – itu sesungguhnya
sudah bukan lagi miliknya.
Bisa
dibayangkan banyaknya lahan yang menganggur di negeri ini yang bisa
dimakmurkan bila para petani memiliki mobilitas tinggi, mereka akan
dengan senang hati terbang kesana kemari mengolah negeri - bila diberi
kesempatan untuk melakukannya.
Jumlah
penduduk bisa terus bertambah dan lahan pertanian semakin menyempit,
tetapi inipun tidak mengurangi janji Allah bahwa semuanya akan tetap
mendapatkan rezekinya. Allah Maha Kuasa dan Maha Memenuhi Janji, maka
nampaknya bukan luasnya lahan dan banyaknya harta yang menjamin ketersediaan pangan itu – tetapi melalui perputarannyalah pangan akan cukup.
Harta yang banyak bila ditimbun, sawah ladang yang luas bila dianggurkan – semuanya tidak akan membuat kecukupan pangan. Sebaliknya
harta sedikit yang terus berputar cepat, lahan yang sempit yang terus
diproduktifkan – itulah yang akan menghasilkan pangan yang cukup bagi
seluruh penduduk bumi itu.
Masih
terisa beberapa pertanyaan lagi, yaitu bagaimana memproduktifkan lahan
yang sempit agar cukup ?, bukankah masa panen sudah tertentu,
produktifitas hasil juga ada batasnya ?. Samar-sama jawaban itu mulai
terbayang dari serangkaian hasil eksperimen yang menjadi bahan diskusi
dengan para petani tersebut di atas. Jawabannya nampaknya sekali lagi
akan datang dari perputaran atau pergerakan yang lebih cepat.
Dari
dahulu kita paham bahwa bila kita bisa mengintegrasikan peternakan dan
pertanian, kambing dan sawah misalnya – maka keduanya akan saling
menopang karena kotoran kambing menjadi pupuk dan dari lahan pertanian
antara lain dihasilkan pakan kambing.
Tetapi
masalahnya adalah tidak semua hasil atau limbah pertanian bisa dimakan
kambing, bisa karena proteinnya yang rendah maupun karena kekerasan
seratnya yang membuat tidak digestible
di perut kambing. Kotoran kambing-pun bila dibiarkan apa adanya perlu
waktu beberapa bulan untuk bisa menjadi pupuk yang efektif. Walhasil
perlu upaya kita untuk mempercepat putaran dari hasil/limbah pertanian
ke kambing dan dari kambing ke pupuk pertanian ini.
Percepatan
putaran siklus pertanian ini Alhamdulillah sudah mulai kita coba juga.
Dari kotoran kambing dapat dipercepat menjadi pupuk yang efektif hanya
dalam beberapa hari melalui proses fermentasi, sebaliknya melalui proses
fermentasi pula hasil atau limbah pertanian yang semula berprotein
rendah dan tidak digestible menjadi berprotein tinggi dan digestible.
Jadi
bahkan sektor peternakan dan pertanian yang mengurusi kebutuhan
esensial manusia inipun insyaAllah bisa dipercepat perputarannya. Bila
ini terjadi, Anda mungkin akan menjadi lebih banyak melihat wong ndeso
yang belepotan dengan tanah riwa-riwi ke seluruh negeri dengan pesawat.
Lahan-lahan yang gersang dan menganggur kini menunggu dimakmurkan,
menunggu mereka-mereka ini untuk terjun mengolahnya. InsyaAllah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar