- Oleh : Muhaimin Iqbal
Buku ini bukan hanya sebatas buku yang dibaca, bahkan pelatihan-pelatihan yang terkait dengan 7 habits (yang kemudian menjadi 8 habits)
juga laris manis diikuti oleh berbagai kalangan di seluruh dunia. Buku
dan pelatihan tersebut juga popular di negeri yang mayoritas penduduknya
Muslim seperti Malaysia dan Indonesia.
Saya
tidak mempermasalahkan buku tersebut maupun popularitasnya, saya hanya
ingin menjadikannya sebagi pembanding bahwa ada kehausan di masyarakat
dunia untuk meningkatkan kwalitas hidupnya. Kehausan semacam ini yang
kemudian di respon oleh penulis seperti Steven R. Covey melalui
buku-buku dan pelatihan-nya tersebut.
Bagi
kita umat Islam sebenarnya kita tidak perlu jauh-jauh mencari untuk
perbaikan diri tersebut. Contoh sempurnanya sudah ada, dan jabaran
detilnya-pun sudah ditulis oleh para ulama salaf. Dengan mengikuti
petunjuk-petunjuk dan contoh-contoh tersebut – insyaallah kita sudah
akan menjadi generasi unggulan yang melebihi highly effective people yang dicoba untuk dihasilkan oleh Steven R. Covey tersebut.
Untuk standar generasi unggulan itu seperti apa misalnya, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam memberi kita standarnya : “Sebaik-baik
manusia adalah generasiku ( para sahabat ) kemudian generasi berikutnya
(tabi’in) kemudian generasi berikutnya ( tabiu’t tabi’in )” (Hadits Bukhari & Muslim).
Kemudian
bagaimana menghasilkan generasi seperti ini ?, jawabannya juga sudah di
formulasikan oleh ulama terdahulu seperti yang diungkapkan oleh Imam
Malik Rahimahullah : “Setiap
kebaikan adalah apa-apa yang mengikuti para pendahulu (salaf), dan
setiap kejelekan adalah apa-apa yang diada-adakan orang kemudian
(kholaf)" dan “Tidak akan baik akhir dari umat ini kecuali kembali berdasarkan perbaikan yang dilakukan oleh generasi pertama”.
Lantas
karakter seperti apa yang dimiliki para generasi awal tersebut sehingga
mereka unggul dibandingkan kita yang hidup di jaman ini ?. Yang jelas
adalah karakter keimanannya. Maka apabila umat ini ingin mencapai
keunggulan mendekati generasi-generasi awal tersebut, penguatan iman-lah
jawabannya.
Untuk iman ini, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dalam Shahih Muslim dan Shahih Bukhari dengan narasi yang berbeda meng-indikasikan bahwa “Iman itu ada 70 lebih cabang dan malu adalah termasuk iman”. Ulama hadits dari generasi awal – Imam Al-baihaqi, kemudian menjabarkannya dalam 77 aplikasi iman.
Maka
itulah salah satu sumber-sumber autentik yang sudah seharusnya menjadi
pilihan dalam pembinaan diri generasi ini mulai dari anak-anak, remaja
sampai kita orang tua. Bila kita dididik dengan kekuatan iman yang
mendekati generasi terbaik di jaman Rasululah Shallallahu ‘Alaihi
Wasallam dan para sahabat beliau, maka insyaallah kwalitas generasi ini
juga akan bisa mendekati kwalitas generasi awal tersebut.
7 habits (atau 8 habits)
yang menghebohkan dunia tersebut diatas misalnya, itu hanya sebagian
kecil dan dengan mudah dapat ditemukan kesetaraan maksudnya di antara 77
cabang iman yang diuraikan oleh Imam- Al-Baihaqi.
Habit 1 Proactive ;
otomatis orang akan proaktif bekerja/beramal bila dia meninggalkan
perbuatan yang sia-sia – yaitu salah satu cabang dari 77 Iman.
Habit 2 begin With End
; umat ini memiliki tujuan hidup yang jauh lebih mulia dan lebih
panjang kedepan, tidak terbatas pada kehiduan dunia – tetapi sampai
akhirat – iman pada hari akhir jawabannya.
Habit 3 First Thing First ; mementingkan yang utama, ini ada di banyak cabang iman antara lain termasuk meninggalkan perbuatan sia-sia di no 1.
Habit 4 Win-Win
; ini juga tercover di sejumlah cabang iman seperti menjaga lisan,
menutupi aib orang lain, menjaga harta orang lain, amanah dlsb.
Habit 5 : Understanding then to be understood ; ini tercover di ahlak mulia dan beberapa cabang iman lainnya.
Habit 6 : Synergize ; ini tercover dalam tolong menolong dalam kebajikan dan takwa dlsb.
Habit 7 : Sharpen The Save ; dalam hidup kadang kita perlu mengisi ‘baterei’ – agar tidak jenuh, tidak suntug atau mentog. Inipun ada di sebagian cabang-cabang iman yang banyak dilantunkan di pesantren-pesantren jawa ‘Tombo Ati Iku Limo’…baca Al-Qur’an, sholat malam, puasa, bergaul dengan orang shaleh dan banyak mengingat Allah (berdzikir).
Bahkan ketika Steven R. Covey menyempurnakan dengan habit yang ke 8 from the effectiveness to greatness, untuk kita Allah sendiri yang menjanjikan derajat paling
tinggi bila kita bener-bener beriman, artinya memahami, meyakini dan
mengamalkan 77 cabang iman tersebut sehingga sampai menjadi kebiasaan
kita – yang di barat disebut habits itu.
“Dan
janganlah kamu (merasa) lemah, dan jangan (pula) bersedih hati, sebab
kamu paling tinggi (derajatnya) jika kamu orang beriman” (QS 3 : 139).
Jadi jangan mudah nggumun
dengan sumber-sumber pemberdayaan diri yang berasal dari luar Islam,
kita memiliki sumber yang jauh lebih sempurna dan agung – asal kita mau
menggalinya, memahaminya, meyakininya dan mengamalkannya.
Memang harus kita akui bahwa karya-karya agung ulama kita dari generasi awal seperti karya Imam Al-Baihaqi tersebut diatas harus
diterjemahkan ke bahasa yang mudah untuk dipahami umat jaman ini-
sesuai dengan problema hidup dan perkembangan jaman dimana kita berada –
agar mudah dipahami, diyakini, diamalkan dan dibiasakan pada diri kita
dan bahkan juga diajarkan ke orang lain.
Saat
ini team kami di Yayasan Al-fatih Pilar Peradaban sedang mempersiapkan
bahan-bahan untuk pembelajaran Iman tersebut untuk tiga tingkatan yaitu
anak-anak, remaja dan dewasa. Target-nya bukan hanya untuk dipahami
tetapi harus sampai bisa mendarah daging menjadi kebiasaan dan sampai
membentuk karakter keimanan kita.
Insyaallah nanti umat bisa menghadiri majlis-majlis di masjid-masjid sampai workshop-workshop di perkantoran untuk proses pembelajaran dan internalisasi iman ini. Kalau orang rela membayar mahal untuk meng-upgrade diri atau perusahaan meng-upgrade karyawannya, mengapa tidak untuk yang lebih murah atau bahkan gratis untuk sesuatu yang dampaknya akan jauh lebih efektif.
Itulah program Quantum (leap)
Iman yang insyaAllah bisa membawa lompatan besar pada kwalitas generasi
ini dan sesudahnya. Lompatan kekuatan fisik kita siapkan dengan project Alfaafa , lompatan secara ke-Imanan kita siapkan dengan Quantum Iman.
Bila
umat lain yang konon sudah cukup efektif dengan 7 atau 8 habit-nya;
kita punya hampir sepuluh kalinya. Maka bukan kebetulan bila Allah juga
menjanjikan kekuatan orang beriman itu sesungguhnya adalah 10 kali dari
kekuatan orang yang tidak beriman.
“…
Jika ada dua puluh orang yang sabar di antara kamu, niscaya mereka
dapat mengalahkan dua ratus orang musuh. Dan jika ada seratus orang
(yang sabar) di antaramu, mereka dapat mengalahkan seribu …” (QS 8 : 65).
Maka jangan puas dengan 7 atau 8 habits; kita punya 77 habits yang siap untuk dipelajari, diyakini, di amalkan/dibiasakan dan diajarkan…. InsyaAllah !.